PENDIDIKAN (+62)


Kata siapa pendidikan di negeri (+62) ini baik-baik saja?
Tentunya jawaban dari setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang relatif bagi setiap orang, karena masing-masing orang memiliki perspektif sendiri. Namun menurut saya, pendidikan di negeri (+62) ini masih perlu banyak pembenahan. Masih banyak faktor yang membuat pendidikan itu sendiri menjadi tidak layak melalui kacamata saya dan beberapa orang yang sependapat dengan saya, namun bukan faktor-faktor itu yang akan dibahas dalam tulisan kali ini.

Membahas persoalan pendidikan sehari penuh, ada yang pernah bilang entah siapa waktu itu, kalau tidak salah sih seorang profesor juga. Katanya, "Anak-anak muda jaman sekarang masih banyak yang bermental lembek dan tidak tahan banting". Menurutnya, restorasi pendidikan diutamakan pada tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, karena pada tingkatan itulah karakter anak dapat terbentuk. Full Day School dipandang mampu menjadi salah satu solusi untuk membangun generasi penerus berkualitas. 

Beberapa dampak yang mungkin dan seharusnya terpikirkan oleh pemangku kebijakan :
1. Dampak lelah fisik maupun mental. Ya ini memang pasti terjadi, tapi coba bayangkan jika anak setiap hari berada di sekolah hingga sore, dengan mata pelajaran yang begitu, (kalian tau sendiri lah).
2. Pola pikir dan juga perilaku anak banyak yang terpengaruh oleh lingkungan sosial, yaitu teman, baik itu berdampak positif maupun negatif dalam pola pikir dan perilakunya.
3. Anak akan kehilangan waktu untuk mereka bersosialisasi bermain dan mengeksplore lingkungan sekitar, dan yang paling utama anak akan kehilangan waktu yang bisa dihabiskan dengan keluarga, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang pasti waktu-waktu terpenting di luar sekolah lebih dapat membentuk karakter anak dibandingkan seharian di sekolah.

Setelah saya amati, full day school sepertinya bukan juru selamat pendidikan di negeri (+62) ini, sebaiknya kita belajar dari negara yang pendidikannya lebih maju dengan prestasi terbaik di dunia seperti Finlandia yang menerapkan lima jam sehari dan Jepang yang menerapkan enam jam sehari untuk anak-anaknya bersekolah, namun mereka bisa mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Restorasi dengan penambahan kuantitas waktu bukan lah solusi, sebaiknya kualitas pendidikan dan sistem pendidikan dasar kita yang perlu diperbaiki. Selama pendidikan masih terpusat pada anggaran, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bongkar pasang kurikulum, standar kompetensi guru, lalu anak terus di jejali dengan mata pelajaran dengan muatan kognitif, kemudian pendidikan yang sukses diukur dari pencapaian anak di bidang penalaran dan ujian nasional, maka pendidikan kita tidak akan kemana-mana hanya berjalan di tempat.

Komentar

Postingan Populer