WEDANG UWUH (PAMERAN BESAR SENI RUPA 2021)
Beberapa hari
yang lalu saya menerima kabar resmi dari founder Guriang Indonesia, Majid a.k.a
Aktor Brengsek, bahwa Pameran Besar Seni Rupa 2021 akan segera diadakan di
Pekarangan Hutan Jati Guriang Indonesia, Warunggunung, Rangkasbitung, Banten, selama
delapan hari, tepatnya mulai 20 Maret hingga 27 Maret 2021.
Setelah
menggelar event musik yang bertajuk “Masak Sayur Asem di Tengah Pandemi”
akhir tahun 2020 lalu, sekarang Guriang Indonesia menggelar Pameran Seni Rupa
yang bertajuk “Wedang Uwuh”. Kita seakan-akan diajak untuk mencicipi Wedang
Uwuh setelah menikmati Sayur Asem. Ada-ada saja memang Si Aktor Brengsek,
,menggelar event seni dengan mengatasnamakan kuliner tradisional
Indonesia.
Lalu kenapa
Wedang Uwuh?
Wedang Uwuh
merupakan minuman tradisional yang sering dinikmati masyarakat di Pulau Jawa,
Adapun yang menyebutnya dengan Wedang Runtah. Wedang dalam Bahasa Jawa berarti
minuman, dan uwuh berarti sampah. Dalam hal ini sampah yang dimaksud bukan arti
sebenarnya, karena minuman ini disajikan dengan bahan-bahan berupa dedaunan
seperti, akar, kulit kayu, dan rempah atau istilah lainnya yaitu local wine.
Banyaknya bahan
dedaunan di dalam wedang uwuh yang jika diseduh bahan-bahan tersebut menjadi
berantakan, maka minuman ini disebut oleh masyarakat dengan nama wedang uwuh
atau wedang runtah. Jika disajikan panas atau hangat memiliki rasa manis dan
pedas dengan aroma harum yang khas. Wedang Uwuh dipercaya memiliki khasiat
dapat meningkatkan imunitas tubuh. Hubungan ilmiah antara manfaat alam dan kesehatan
telah sekian lama menjadi misteri atau hanya sugesti?
Alam telah
menyediakan multivitamin dan nutrisi bagi tubuh manusia, serta sebagai sumber
energi yang menyokong kebugaran tubuh manusia. Wedang Uwuh menjadi salah satu
contoh kecil dari manfaat alam yang sudah dirasakan masyarakat Indonesia
berabad lalu. Seiring bertambahnya populasi manusia, bertambah pula kebutuhan
dan kepentingan baik pribadi maupun kelompok, secara disengaja atau tidak untuk
mencapai kepentingan pribadi atau kelompok, alam dieksploitasi besar-besaran
sehingga menimbulkan degradasi. Kerusakan terhadap lingkungan melalui penipisan
sumber daya seperti udara, air, dan tanah. Kemudian juga kerusakan ekosistem,
habitat, dan kepunahan kehidupan liar serta polusi. Hal ini didefinisikan juga
sebagai perubahan atau gangguan terhadap lingkungan yang merusak atau tidak
diinginkan.
Hingga akhir
bulan Juni 2020 lalu, BNPB telah mencatat 1.549 bencana hidrometeorologi.
Berbagai LSM peduli lingkungan juga mengungkapkan kerusakan hutan Indonesia mencapai
1.600.000 hingga 2.000.000 hektar pertahun. Adapun data yang dicatat oleh
Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3.800.000 hektar
pertahun yang sebagian besar merupakan penebangan liar atau illegal logging.
Kerusakan alam
mengakibatkan terganggunya system hidro-orologis. Banjir di musim penghujan dan
kekeringan di musim kemarau merupakan salah satu contoh kerusakan alam. Air
hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah. Air hujan yang
jatuh langsung mengalir ke laut dengan membawa berbagai sedimen dan partikel
hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir telah menimbulkan kerugian harta,
benda, maupun nyawa.
Fenomena
tersebut menjadikan konflik ketegangan antara manusia dengan alam. Seni Rupa
akan merepresentasikan fenomena tersebut dalam Pameran yang bertajuk Wedang
Uwuh ini. Karya-karya yang akan terlibat dalam pameran ini akan memberi
penyadaran melalui narasi, garis, kolase, corak, desain, foto, dan instalasi.
Berbagai teknik dan aliran di dalam seni rupa mencoba berupaya memperlakukan
alam sebagai kontrol hidup manusia kini dan esok. Wedang Uwuh diambil sebagai
tematik pameran karena memiliki banyak khasiat untuk Kesehatan manusia. Berawal
dari hal kecil serta dekat dengan pola hidup manusia Jawa, Wedang Uwuh menjadi
harapan besar di tengah pandemic dalam menjaga kesehatan. Harapan besar di
antara sempitnya kesempatan hidup manusia di tengah ancaman bencana.
Sekilas gambaran
Pameran Seni Rupa “Wedang Uwuh”, karya para perupa nantinya akan ditempatkan di
tengah pekarang hutan jati Guriang Indonesia. Panel-panel karya menjelma papan
informasi yang membawa penyadaran kepada apresiator yang akan hadir. Bahkan
beberapa instalasi nantinya akan ditempatkan di antara aliran sungai yang
mengalir tepat di bawah pekarangan jati Guriang Indonesia. Peserta pameran ini
terbuka untuk umum, siapapun, dan dimanapun. Pengiriman karya sudah dibuka
sejak 29 Januari kemarin hingga 1 Maret 2021.
Peristiwa visual
ini terselenggara akibat fenomena yang sedang dialami Indonesia seperti rusaknya
hutan, habisnya gunung, punahnya satwa, kecelakaan pesawat terbang, omibus law,
serta sakitnya wacana kebudayaan di tengah pandemic.
Adapun ketentuan karya yang harus dipenuhi :
1. Teknik berkarya: Lukis, pahat,
anyam, cetak, keramik, instalasi, kolase, digital, seni media baru, dll.
2. Bahan karya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing
3. Mengusung tema yang sudah
ditentukan oleh penyelenggara
4. Seni instalasi boleh individu
atau kelompok
5. Karya dapat berwujud dua atau
tiga dimensi
- Jika karya dua dimensi maksimal
200 cm x 300 cm
- Jika karya tiga dimensi ukuran
tidak dibatasi, mengingat besarnya ruang yang digunakan.
- Untuk karya tiga dimensi atau
instalasi aliran sungai sepanjang pekarangan hutan jati dapat digunakan sebagai
media penyimpanan karya.
6. Semua karya didisplay di antara pekarangan hutan jati Teater Guriang (panitia tetap mempertimbangkan keamanan karya.
7. Media untuk mendisplay karya selain menggunakan panel juga dapat menggunakan bambu.
8. Peserta diperbolehkan
mendisplay sendiri dengan bahan dan ruang yang sudah terlebih dahulu
dikoordinasikan kepada pihak panitia.
9. Data keikutsertaan dan
pengiriman karya langsung ke narahubung, Yudi Noviansyah di nomor
0812-9337-8330
Dalam Pameran Seni Rupa “Wedang Uwuh” ini turut menampilkan karya pilihan dari Gebar Sasmita, maestro seni rupa Banten.
Sampai berjumpa di Amfiteater Guriang
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar